Langsung ke konten utama

Wisata Baru Ibukota, Kampung Pelangi

Minggu, 13 Mei 2018 aku bersama adikku, bernama Maya, mengikuti walking tour yang diselenggarakan oleh @jktgoodguides. Rute yang kupilih, yaitu rute Sunter karena aku merasa penasaran saat melihat Ibu Susi Pudjiastuti bermain water sport di perairan Jakarta Utara.

Aku berangkat dari rumahku menggunakan commuterline atau biasa disebut dengan KRL. Sebelumnya, aku telah merencanakan untuk berangkat menggunakan Bus Transjakarta atau biasa disebut dengan busway untuk menghemat biaya. Akan tetapi, aku membatalkan rencana tersebut karena aku harus berkumpul di halte busway Danau Agung pukul 15.00 WIB dan sekarang jam di tanganku sudah menunjukan pukul 13.00 WIB. Ditambah jalanan Jakarta seperti jodoh, sulit untuk diprediksi macet atau tidaknya.

Aku menaiki KRL dari stasiun Kebayoran dan transit di stasiun Tanah Abang untuk berpindah ke peron 3. Suasana di stasiun Tanah Abang sangat ramai hingga saat aku menaiki kereta menuju stasiun Manggarai aku tidak duduk. Kereta yang bisa kunaiki, yaitu kereta dengan tujuan akhir Manggarai, Depok, Bogor, atau Nambo. Namun, kereta yang tiba lebih dulu di stasiun Tanah Abang saat itu adalah kereta dengan tujuan akhir stasiun Bogor. Aku transit di stasiun Manggarai lalu pindah peron untuk menaiki KRL dengan tujuan akhir stasiun Jakarta Kota. KRL dari stasiun Manggarai ke stasiun Jakarta Kota ini menampilkan pemandangan yang memanjakan mata karena melewati Monumen Nasional yang dekat dengan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal.

Setelah sampai di stasiun Jakarta Kota, aku keluar dari stasiun dan mencari halte busway. Kebetulan setelah keluar dari stasiun, aku menemukan halte busway Pangeran Jayakarta. Sebenarnya ini hasil dari ke-sotoy-anku karena bingung dari KRL kalau ke halte busway Kota itu lewat mana jadi aku menggunakan metode trial and error pada rute jalan. Aku curiga halte Pangeran Jayakarta ini rutenya tidak sesuai dengan tujuanku, akhirnya aku googling dahulu untuk memeriksa. Ternyata kecurigaanku salah, halte ini masuk ke rute koridor 12.

Aku dan adikku menunggu busway lumayan lama, sekitar 20 menit, karena tertinggal busway yang sebelumnya. Jam di tangan sudah menunjukan pukul 14.30 WIB. Perjalanan dari Jakarta Selatan ke Jakarta Utara memakan waktu hingga 2 jam lebih. Hal itu terbilang sangat lama karena bisa 1 jam jika tidak ada kendala selama di jalan.

Sumber: wikipedia

Busway yang kunaiki ini tujuan akhirnya Tanjung Priok dan aku harus turun di halte Danau Agung. Di sini ada kejadian sedikit lucu. Jadi, saat sudah melewati halte Kemayoran Pacu Landasan Timur aku sudah bersiap-siap dengan berdiri dan menuju ke dekat pintu keluar. Saat sudah di halte Danau Agung... Buswaynya sama sekali tidak berhenti!

Aku kira seperti bikun (bus berwarna kuning yang beroperasi di lingkungan kampus UI) yang suka melewatkan saja halte RIK (gedung kuliahku) padahal seharusnya berhenti. Aku pun refleks bertanya ke kondektur busnya dengan mukaku yang bingung. Kalau pembaca kenal aku, aku kalau lagi bingung mukanya sangat under control. Intinya aku tanya kenapa tidak berhenti padahal aku mau turun. Terus ternyata memang tidak pernah berhenti di halte Danau Agung.

Aku tambah bingung dong. Di e-mail dari walking tourku arahannya turun di halte busway Danau Agung. Di saat aku lagi bingung, mas kondekturnya bilang kalau mau turun di halte Danau Agung nanti transit di halte SMP 140 saja lalu naik busway ke arah sebaliknya. Kalau dari arah Tanjung Priok ke Kota itu buswaynya berhenti di Danau Agung.

Penjelasan masnya lengkap banget. Yaudah akhirnya aku turun di halte busway SMP 140 bersama beberapa penumpang lain. Aku curiga, jangan-jangan mereka yang turun bareng aku peserta walking tour juga. Tapi, aku gak nanya.

Jam di tangan sudah menunjukan pukul 15.00. Kalau ditinggal aku sudah pasrah karena di tour sebelumnya aku pernah ditinggal karena telat. Akhirnya buswayku pun tiba dan sekitar 15.10 aku tiba di halte Danau Agung.

Saat aku tiba di halte Danau Agung terlihat ada 3 kelompok melingkar. Aku bersyukur sekali belum ditinggal. Saat aku bergabung ternyata masih briefing awal dan sesi perkenalan pun belum di mulai. Aku diberi penjelasan bahwa akan melakukan perjalanan sekitar 3 jam dengan berjalan kaki. Tour ini menyuguhkan 4 spot wisata, yaitu Mustafa Family Store, Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, Kampung Pelangi, dan Masjid Ramlie Musofa.

Mustafa Family Store merupakan destinasi pertama. Di sini menjual makanan-makanan khas India kalau tidak salah. Aku membeli segelas kopi. Ada tiga jenis kopi yang ada di mesin kopi, yaitu coffee, elaichi, dan masala. Kopinya bercampur rempah, kalau kata SPGnya yang namanya coffee rasanya pahit, elaichi rasanya manis, dan masala rasanya pedas. Selain itu, aku juga membeli sedotan untuk minum susu. Ini memang sedotan, tapi bukan sedotan biasa! Jadi di dalam sedotannya ada isinya dan tersedia dalam berbagai rasa, ada vanila, coklat, stroberi, dan cookies and cream. Nama sedotannya Nut'si, bisa googling kalau penasaran. Aku beli satu yang rasa cookies and cream, lalu aku sudah mencoba untuk minum susu beruang. Susunya jadi ada rasa manis-manisnya gitu hihihi. Selesai berbelanja di Mustafa Family Store aku beranjak ke destinasi selanjutnya.

Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya menjadi destinasi ke dua. Jaraknya dari Mustafa Family Store sekitar 800 meter (ini lihat di googlemaps sih). Aku selalu tertarik dengan tempat ibadah. Saat masuk aku disambut dengan kolam yang ada air mancurnya. Lalu, saat aku melihat ke vihara tersebut aku merasa begitu takjub. Aku melihat vihara itu seperti kapal bajak laut. Tetapi, aku masih bertanya-tanya, apakah hanya aku yang berpikir seperti itu? Aku memerhatikan tiap lekukannya dan ketajamannya, lalu kata-kata guide membuyarkan lamunanku. "Arsitektur gedung ini merupakan gabungan antara unsur Thailand dan unsur Indonesia, khususnya Candi Borobudur," katanya. Kemudian tour guideku menunjukan bahwa vihara ini dikelilingi oleh patung ular berwarna hitam yang awalnya aku kira naga. Katanya, "ular ini merupakan penjaga vihara".

Vihara ini dibangun oleh biksu dari Thailand dan di dalamnya ada patung Budha yang pada zaman dahulu kala dikirim dari Thailand menggunakan pesawat angkatan udara Thailand. Jadi, Thailand dan Indonesia punya sejarah baik di masa lalu dan berlangsung hingga saat ini. Aku baru tahu dari Kak Qolbi, jika ingin berfoto di dalam tidak boleh berdiri dan membelakangi sang Buddha. Ini semacam etikanya dan tentunya aku harus menghormati dan menghargai hal tersebut. Di bagian lain dari vihara ini ada pohon Bodhi, aku lupa penjelasannya bagaimana, yang pasti ke dua pohon Bodhi ini ada hubungannya dengan pemilihan lokasi untuk membangun vihara ini.

Setelah berkeliling di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya, aku lanjut berkunjung ke salah satu tempat di daerah utara Jakarta. Tempat ini merupakan destinasi wisata baru di Jakarta, yaitu Kampung Pelangi atau nama lainnya Kampung Warna-warni. Namun, aku lebih suka dengan nama Kampung Pelangi.

Aku tidak ke dalam kampungnya, melainkan menikmati pemandangan kampung tersebut dari seberang, yaitu dari Jalan Danau Sunter Selatan. Pemandangan di sini campuran antara menenangkan dan menarik perhatian. Adanya waduk dengan komposisi air membawa ketenangan dan warna-warni dari Kampung Pelangi di seberang menarik perhatian. Selain itu, saat aku berkunjung ke sini itu sekitar jam 17.00 WIB, Jakarta sedang menuju senja. Alhasil langitnya pun ikut menghipnotis karena berwarna oranye muda bercampur biru sehingga membuat perasaan jadi hangat. Aku setuju dengan quotes yang pernah kulihat di pameran seni, "earth without art just like "eh"". Kampung Pelangi ini sangat instagramable. Aku meminta tolong ke adikku untuk memfotoku. Setelah kulihat hasilnya, aku bangga melihatnya. Aku difoto dari leher hingga kaki, terima kasih ya, May. Setelah itu aku mengomelinya dan Maya tertawa bahagia.

Waduk ini bernama Waduk Sunter Barat dan di trotoar sepanjang waduk ini terdapat pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai jenis makanan atau minuman. Jarak antar pedagang tidak terlalu dekat jadi tidak terlalu padat pedagang juga. Di sepanjang trotoar ini pun tersedia bangku-bangku untuk bersantai sambil menikmati pemandangan yang menyejukan mata. Namun, jika tidak ingin duduk di bangku, bisa juga duduk di pagar atau pembatas danau dimana jaraknya lebih dekat dengan danaunya. 



Di Jalan Danau Sunter Selatan ini tidak hanya dapat melihat Kampung Pelangi loh! Aku juga mampir ke destinasi wisata lain, yaitu Masjid Ramlie Musofa. Jadinya sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. 

Masjid Ramlie Musofa ini didirikan oleh seorang mualaf. Masjid ini berwarna putih dengan arsitektur yang bagus menurutku, sehingga tampak megah dan elegan saat dilihat dari luar. Saat memasuki halaman masjid ini terdapat tulisan dalam 3 bahasa--Mandarin, Indonesia, dan Arab. Kata guideku keunikan dari masjid ini ketika waktu salat tiba, adzannya tidak menggunakan speaker. Hal ini sudah menjadi kesepakatan dengan warga sekitar karena mayoritas non muslim dan warga muslimnya pun saling memahami. Sewaktu masuk ke bagian dalam nampak luas dan ada pintu di seberang dengan tanaman dinding. Masjid ini bertingkat, tapi aku lupa ini tingkat berapa dan aku gak naik ke atas. Kalau di masa depan aku berkunjung ke sini lagi, aku mau naik ke atas ah. 

Oh iya, seingatku, kata Musofa itu dari tiga nama. Setelah aku browsing dan menemukan di Tribunnews, kata Ramlie sendiri berasal dari bapak dan Musofa merupakan gabungan dari nama ketiga anaknya, yaitu Muhammad, Sopian, dan Fabian. Pendiri masjid ini merupakan orang Tionghoa, alhasil ornamen-ornamen pada masjid ini di desain dengan perpaduan antara gaya bangunan Tionghoa dengan masjid pada umumnya. 



Sebenarnya setelah dari masjid ini, aku masih lanjut ke Danau Agung, namun kondisinya sudah agak gelap jadi aku tidak terlalu tertarik. Di Danau Agung ada wisata bebek-bebek air gitu dan yang utama dari seninya di Danau Agung itu lantainya digambar-gambar. Di sini banyak pedagang kaki lima juga yang menjajakan berbagai makanan dan ada outlet-outlet makanan cepat saji juga. Tourku berakhir di sini, di Danau Agung.

Selamat berakhir pekan dan selamat menikmati sudut kota Jakarta!

Salam bahagia,
Nur Kholifah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Malang, Jawa Timur, Indonesia

Hari ke-1 Selasa, 19 Juni 2018 Pagi ini aku berangkat menuju Malang. Rasanya senang dan tidak sabar, hatiku berdebar-debar dan sesekali aku senyum-senyum sendiri. "Malang.." gumamku pelan, lebih kepada diri sendiri. Sejak semalam aku memikirkan bagaimana caranya ke Stasiun Pasar Senen. Ibuku berkata, "kamu naik transportasi online saja." Tapi, aku merasa enggan naik transportasi online . Aku memang jarang naik transportasi online . Akhirnya, aku dapat wangsit setelah berpikir. Naik commuterline ! Sambil berharap commuterline besok tidak ramai. Commuterline   juga biasa disebut dengan KRL.  Jadilah hari ini aku diantar naik motor menuju Stasiun Kebayoran bersama Mama. Sesampai di Stasiun, alamak, tangganya banyak kali! Aku mengangkat koperku dan menaiki tangga, lalu tap masuk, dan turun dengan lift . Aku mengamati sekitar peron. Ada keluarga dengan 2 orang anak laki-laki. Sang ayah sedang memfoto kedua anaknya di pinggir peron. Bahagia se

Selamat Datang

Halo visitor Yuk Kita Jalan, perkenalkan nama saya Nur Kholifah, biasa dipanggil Nur atau Ifa. Tujuan dari pembuatan blog ini adalah untuk menceritakan dan menguraikan tempat-tempat traveling yang ada di Indonesia, mungkin saya akan mulai dari Jakarta dahulu. Saya akan mulai dari Jakarta karena memang saya berdomisili di sini. Jadi, lebih mudah aksesnya ke berbagai tempat di Jakarta. Lagi pula, saya pernah baca kalimat ini di comment blog orang "kadang tempat-tempat yang dekat dengan kita malah memang sering terlewatkan". Kalimat itu jadi alasan saya untuk mengenal secara mendetail tentang wisata di Jakarta. Setelah Jakarta, sepertinya akan berlanjut ke Depok. Lalu, ke daerah-daerah lain yang semakin jauh. Terima kasih telah mengunjungi blog ini, selamat menikmati dan semoga bermanfaat :) Nur Kholifah