Langsung ke konten utama

Pasar Baru, Jakarta Pusat Bagian ke-1

Pada satu hari di bulan Juni, aku berniat berkunjung ke Pasar Baru. Pasar baru terletak di Jakarta Pusat. Aku menuju ke pasar baru menggunakan KRL. Siang itu KRL ramai lancar. Sesampai di depan pintu masuk pasar baru aku berdiri mematung dan terdiam karena kagum melihat pintu masuknya. 

Pasar baru dibatasi dengan gapura sebagai pintu keluar-masuk yang terlihat kuno dan kokoh. Gapuranya terbuat dari susunan bata berwarna coklat muda dan bertuliskan passer baroe di bagian atas--di antara kata batavia dan 1820. Warna coklat dari bata yang sebagian sudah memudar, serta tulisan dengan ejaan yang belum disempurnakan tersebut memperkuat kesan kuno. Selain itu, di depan pasar baru, tepatnya sebelum mengakses gapura, akan melewati jembatan yang di bawahnya ada sungai dengan air yang berwarna hijau. Keadaan Jakarta yang panas menjadi sejuk karena keberadaan aliran air.


Setelah memasuki kawasan pasar baru, aku melihat-lihat ada berbagai barang yang dijual. Di bagian depan sebelum memasuki gapura ada tukang buah dan pedagang asongan. Aku berjalan melewati gapura, di sini jalannya hanya lurus saja. Lalu, nampak seorang bapak yang menjual uang kuno. Aku memang suka mengoleksi uang kuno, tapi tidak maniak. Aku melihat-lihat, uangnya masih rapih semua--tidak lecek.


Aku lanjut berjalan, lalu banyak toko-toko sepatu, kain/bahan, pakaian jadi, dan ada tempat makan juga. Aku tergiur dengan etalase Thai Tea, jadilah aku membeli satu dan menikmati. Aku beli super milo, ternyata rasanya benar-benar super. Rasanya manis sekali, aku sebenarnya tidak terlalu suka rasa yang terlalu manis, tapi yasudah kuminum juga hingga habis. Segar rasanya minum Thai Tea dingin setelah berjalan dari stasiun ke area pasar baru yang lumayan membuat berkeringat.

Oh iya, sebelum membeli Thai Tea, ada seorang pria yang menghampiriku. Pria tersebut mengatakan aku dapat hadiah dan menyodorkan selembar kartu, bentuknya seperti kartu nama. Entah apa tulisannya, awalnya aku tidak terlalu peduli, lalu aku sempat mengambil sebentar karena aku berpikir mungkin seperti brosur. Setelah kuambil, pria tersebut mengatakan, "yuk diambil hadiahnya di sana, diundi dulu," otomatis kalimat itu membuatku mengembalikan kartu yang ia beri. "Nggak!" seraya mengembalikan. Aku bukan berburuk sangka, tapi beberapa temanku pernah terkena penipuan di dalam mal dengan modus menang undian.

Setelah usai minum Thai Tea dengan rasa super milo, aku lanjut menelusuri kawasan pasar baru. Hari sudah menjelang sore, sekitar pukul 16.00 WIB. Bingungnya, saat sudah sore begini mengapa ada penjual yang baru buka? Penjaja yang baru membuka jualannya tersebut merupakan pedagang kaki lima yang berada di dalam kawasan pasar baru. Barang jualan yang dibuka ada baju, celana, sepatu, serta makanan. Aku sebenarnya tertarik dengan sate telur dan sate kikilnya, tapi aku urung membeli karena sedang bulan Ramadhan dan aku bukan anak kecil. Meski aku tetap minum di tempat Thai Tea tadi, tapi kalau terlalu ramai aku juga enggan untuk mengonsumsi makanan atau minuman.

Aku lalu mampir ke sebuah toko aksesori. Awalnya aku tertarik karena di bagian depan toko ada gulungan-gulungan wallpaper dan setumpuk wall sticker di atas rak yang terlihat lucu-lucu. Saat aku memasuki toko, ternyata ada berbagai hal unik dengan harga murah menurutku, ada kepala charger berbentuk mini, lilin dengan berbagai aroma dan warna, alat masak dengan berbagai bentuk, dan sebagainya.


Setelah selesai melihat-lihat toko aksesori yang terdiri dari 2 lantai, aku kembali menyusuri kawasan pasar baru ini, hingga aku sampai pada ujung kawasan. Jadi ternyata, kawasan pasar baru ini dibatasi dua gapura. Satu gapura berada di Jalan Pasar Baru Selatan dan gapura lainnya berada di Jalan Samanhudi. Aku baru tau setelah menyusuri sampai ujung, karena kukira awalnya akan buntu, ternyata menyambung ke jalan raya.

Karena sudah sampai ujung, jadilah aku memutuskan untuk kembali pulang. Aku membuka googlemaps untuk mencari tahu jalan kembali ke stasiun KRL Juanda. Ternyata aku harus masuk kembali ke dalam kawasan pasar baru lalu berbelok ke Jalan Pintu Air Raya. Di perjalanan sebelum belok, aku melihat ada beberapa penjaja jambu bangkok. Penglihatan pertama belum tertarik, penglihatan kedua agak tertarik, penglihatan ke tiga... aku tergoda, beli deh. Akhirnya kubeli sepak jambu bangkok dengan harga Rp 20.000,00.


Setelah dicoba di rumah, jambunya terasa segar. Jambu ini dipak dengan sebungkus cairan encer berwarna hitam seperti kecap dan garam bercampur bubuk cabai. Rasa cairan hitamnya asam dan garam campur cabai membuat rasa asin dan pedas. Saat aku campurkan jambunya dengan cairan hitam beserta garam dan cabai, rasanya jadi segar, sedikit manis, asam, asin, dan pedas. Cocok untuk teman bersantai sambil ngemil sehat karena ini buah.

Awal mula ke pasar baru ini tujuanku sebenarnya ingin menanyakan harga kamera DSLR bekas. Tapi, aku hanya menemukan 2 toko kamera, sedangkan menurut berbagai pemberitaan yang aku baca di internet dan di beberapa surat kabar dengan branding yang sudah terpercaya mengatakan pasar baru merupakan surga para pemburu kamera. Aku membayangkan akan menemukan banyak toko kamera, namun aku tidak menemukan. Belakangan, setelah aku googling kembali, ternyata toko-toko tersebut berada di dalam gedung di sekitar Jalan Samanhudi. Gedung yang aku masuki hanya gedung di dekat pintu masuk yang berada di Jalan Pasar Baru Selatan. Ternyata aku salah gedung, pantas saja tidak ketemu. Sepertinya, aku akan kembali lagi ke pasar baru dalam waktu dekat ini.

Akses ke pasar baru dapat dengan commuterline/KRL turun di stasiun Juanda lalu berjalan kaki. Selain itu, bisa juga dengan busway turun di halte Pasar Baru, dari halte tinggal menyeberang menggunakan jembatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisata Baru Ibukota, Kampung Pelangi

Minggu, 13 Mei 2018 aku bersama adikku, bernama Maya, mengikuti walking tour yang diselenggarakan oleh @jktgoodguides. Rute yang kupilih, yaitu rute Sunter karena aku merasa penasaran saat melihat Ibu Susi Pudjiastuti bermain water sport di perairan Jakarta Utara. Aku berangkat dari rumahku menggunakan commuterline atau biasa disebut dengan KRL. Sebelumnya, aku telah merencanakan untuk berangkat menggunakan Bus Transjakarta atau biasa disebut dengan busway untuk menghemat biaya. Akan tetapi, aku membatalkan rencana tersebut karena aku harus berkumpul di halte busway Danau Agung pukul 15.00 WIB dan sekarang jam di tanganku sudah menunjukan pukul 13.00 WIB. Ditambah jalanan Jakarta seperti jodoh, sulit untuk diprediksi macet atau tidaknya. Aku menaiki KRL dari stasiun Kebayoran dan transit di stasiun Tanah Abang untuk berpindah ke peron 3. Suasana di stasiun Tanah Abang sangat ramai hingga saat aku menaiki kereta menuju stasiun Manggarai aku tidak duduk. Kereta yang bisa kunaiki, ya

Malang, Jawa Timur, Indonesia

Hari ke-1 Selasa, 19 Juni 2018 Pagi ini aku berangkat menuju Malang. Rasanya senang dan tidak sabar, hatiku berdebar-debar dan sesekali aku senyum-senyum sendiri. "Malang.." gumamku pelan, lebih kepada diri sendiri. Sejak semalam aku memikirkan bagaimana caranya ke Stasiun Pasar Senen. Ibuku berkata, "kamu naik transportasi online saja." Tapi, aku merasa enggan naik transportasi online . Aku memang jarang naik transportasi online . Akhirnya, aku dapat wangsit setelah berpikir. Naik commuterline ! Sambil berharap commuterline besok tidak ramai. Commuterline   juga biasa disebut dengan KRL.  Jadilah hari ini aku diantar naik motor menuju Stasiun Kebayoran bersama Mama. Sesampai di Stasiun, alamak, tangganya banyak kali! Aku mengangkat koperku dan menaiki tangga, lalu tap masuk, dan turun dengan lift . Aku mengamati sekitar peron. Ada keluarga dengan 2 orang anak laki-laki. Sang ayah sedang memfoto kedua anaknya di pinggir peron. Bahagia se

Selamat Datang

Halo visitor Yuk Kita Jalan, perkenalkan nama saya Nur Kholifah, biasa dipanggil Nur atau Ifa. Tujuan dari pembuatan blog ini adalah untuk menceritakan dan menguraikan tempat-tempat traveling yang ada di Indonesia, mungkin saya akan mulai dari Jakarta dahulu. Saya akan mulai dari Jakarta karena memang saya berdomisili di sini. Jadi, lebih mudah aksesnya ke berbagai tempat di Jakarta. Lagi pula, saya pernah baca kalimat ini di comment blog orang "kadang tempat-tempat yang dekat dengan kita malah memang sering terlewatkan". Kalimat itu jadi alasan saya untuk mengenal secara mendetail tentang wisata di Jakarta. Setelah Jakarta, sepertinya akan berlanjut ke Depok. Lalu, ke daerah-daerah lain yang semakin jauh. Terima kasih telah mengunjungi blog ini, selamat menikmati dan semoga bermanfaat :) Nur Kholifah